Kalimat Efektif

01:38

BAB II

PEMBAHASAN

Kalimat efektif adalah kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Dapat pula dikatakan bahwa kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang ada dalam pikiran pembaca dan penulis. Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu agar kejelasan kalimat dapat terjamin. Kalimat yang efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap, dan unsur-unsur tersebut dinyatakan secara eksplisif. Untuk itu, kalimat yang efektif sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat. Agar kelengkapan itu terpenuhi, subjek pada awal kalimat hendaknya tidak didahului kata depan, predikat kalimatnya jelas, dan tidak terdapat pemenggalan bagian kalimat. Di samping itu, ungkapan penghubung dalam kalimat majemuk juga harus dinyatakan secara eksplisit.

Struktur kalimat yang efektif itu hendaknya dilengkapi dengan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kesepadanan antara struktur bahasa dan cara atau jalan pikiran yang logis dan masuk akal

2. Keperolehan bentuk bahasa yang dipakai untuk tujuan-tujuan efektivitas tertentu

3. Ketegasan dalam memberikan posisi tertentu kepada pikiran utama kalimat

4. Kehematan dalam pilihan kata atau penyusunan pikiran yang kadang kala bertumpuk dalam satu kalimat

5. Kevariasian dalam penyusunan kalimat, seperti antara kalimat panjang dan kalimat pendek, antara kalimat dependen dan kalimat independen.

1. Unsur Kesepadanan dan Kesatuan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kemaksimalan kemaksimalan struktur bahasa mendukung gagasan dan ide yang dimuat. Dalam bahasa tutur terdapat pokok pikiran yang hendak disampaikan pada komentar terhadap pokok pikiran itu. Kesatuan dalam komposisi kalimat adalah kesatuan antara penataan kalimat dan kemampuan nalar seseorang penulis. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan kalimat efektif dengan unsur kesepadanan dan kesatuan yaitu:

Ø Setiap kalimat mayor harus mempunyai unsur subjek dan predikat.

Contoh:

1) Untuk rencana ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

2) Di dalam keputusan rektor menunjukkan keberpihakannya kepada mahasiswa.

Kalimat di atas tidak jelas subjeknya karena mempunyai subjek yang diantarakan oleh kata depan. Jadi, harus diperbaiki menjadi:

1) Rencana ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

2) Keputusan rektor menunjukkan keberpihakannya kepada mahasiswa.

Ø Ide pokok harus terdapat dalam induk kalimat

Contoh:

1) Hakim membebaskannya dari tuduhan karena tidak menemukan bukti-bukti yang memberatkan.

2) Hakim tidak menemukan bukti-bukti yang memberatkan sehingga membebaskannya dari tuduhan.

Ide pokok pada kedua kalimat ini sangat berbeda. Kalimat pertama ide pokoknya “hakim membebaskannya”, sedangkan kalimat kedua ide pokoknya “hakim tidak menemukan bukti”. Itulah sebabnya, bagian pertama kalimat pertama dan kedua sebelum kata perangkai karena dan sehingga menjadi induk kalimat, sedangkan kalimat kedua kalimat tersebut, yaitu sesudah kata karena dan sehingga, menjadi anak kalimat.

Ø Penggabungan kalimat dengan kata perangkai dan dan yang

1) Masyarakat kini mengakui bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.

2) Perbaikan mutu pendidikan tugas utama perguruan tinggi.

Hasil penggabungan kalimat pertama dan kedua yaitu “masyarakat kini mengakui bahwa mutu pendidikan kita masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama perguruan tinggi”. Karena kedua kalimat tersebut mengandung ide pokok yang sama penting, maka penggabungan kalimat dengan dan yang merupakan kalimat efektif. Kalimat penggabungannya akan memiliki unsure kesepadanan dan kesatuan struktur bahasa yang mendukung gagasan dan ide yang dikandungnya.

2. Unsur Keparalelan

Keparalelan atau kesejajaran satuan dalam kalimat adalah bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi yang sama dalam susunan serial. Pikiran dan gagasan yang sama biasanya dinyatakan dalam bentuk bahasa yang sama pula. Artinya kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama verba di- atau me- atau ber-, bentuk kedua dan seterusnya juga harus verba di-, me- atau ber-. Jangan dipertukarkan.

Unsur keparalelan satuan bahasa dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

Ø Keparalelan bentuk

Imbuhan kata sangat berperan dalam menentukan keparalelan. Contoh berikut tidak memperlihatkan adanya unsure keparalelan bentuk.

Contoh:

Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat catalog, dan mengatur peminjaman buku.

Ketidak paralelan bentuk dalam kalimat ini ada pada kata pembelian yang diparalelkan membuat dan mengatur. Agar parallel bentuknya, ketiga satuan kata itu dijadikan kata benda semua (nomina) atau dijadikan kata kerja semua (verba me-) seperti berikut ini:

1) Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan catalog, dan pengaturan peminjaman buku.

2) Kegiatannya meliputi membeli buku, membuat catalog, dan mengatur peminjaman buku.

Ø Keparalelan makna

Dalam bahasa, bentuk dan makna mempunyai pertalian erat, seperti dua sisi dari keeping mata uang. Makna terdapat dalam satuan fungsional. Satuan fungsional dimaksudkan ialah unsur kalimat yang berkedudukan subjek, predikat, objek, dan keterangan. Status fungsi ditentukan oleh relasi makna antarsatuan. Kalimat berikut ini terasa janggal karena tidak parallel antara subjek dan predikat dari segi makna.

“Dia berpukul-pukulan”

Kata berpukul-pukulan bermakna “saling pikul”. Hal ini berarti bahwa pelakunya harus lebih dari satu. Kata dia bermakna tunggal, subjek kalimat ini perlu diubah misalnya, menjadi mereka, atau di dalam kalimat ini ditambahkan keterangan komitatif (penyerta), yaitu dengan temannya. Dengan demikian, kalimat di atas diperbaiki menjadi:

1) Mereka berpukul-pukulan.

2) Dia berpukul-pukulan dengan temannya.

3. Unsur Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjilkan. Kalimat itu member penekanan pada yang ditonjolkan itu. Berbagai cara membentuk ketegasan dalam kalimat yaitu:

Ø Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat

Contoh:

1) Presiden Megawati mengharapkan rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang dimilikinya.

(keregasan atau penekanan kalimat ialah Presiden)

2) Harapan Presiden Megawati ialah rakyat membangun bangsa dan negaranya dengan kemampuan yang dimilikinya.

(keregasan atau penekanan kalimat ialah Harapan Presiden Megawati)

Ø Membuat urutan kata yang logis

Contoh:

Dia seorang penipu, pembohong, perampok, pencuri, bahkan pembunuh yang sadis.

Urutan satuan kalimat ini tidak menunjukkan ketegasan yang bersifat logis. Seharusnya kalimat ini berbunyi:

Dia seorang pembohong, penipu, pencuri, perampok, bahkan pembunuh yang sadis.

Ø Melakukan repetisi (pengulangan kata)

Contoh:

Saya suka akan kecantikannya, saya suka akan kelembutannya, dan saya suka akan keramahannya.

4. Unsur Kehematan

Yang dimaksud dengan unsur kehematan dalam kalimat efektif yaitu hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak diartikan harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria unsur kehematan yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.

2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang bermakna ‘banyak’.

Contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang.

(kata Ia dibuang)

Kapal itu berlabuh hari Senin kemarin.

(kata hari dibuang)

Sejak dari pagi mereka naik ke atas loteng.

(kata dari dan atas dibuang)

Beberapa teman-temannya diundang dalam pesta ulang tahunnya.

(kata beberapa dibuang)

5. Unsur Kevariasian

Kelincahan dalam berbahasa tergambar dalam struktur kalimat yang dipakai. Ada kalimat yang pendek. Ada kalimat yang panjang. Akan tetapi, tuturan atau tulisan yang mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek saja akan menimbulkan kebosanan dan monoton. Demikian pula kalimat yang panjang akan membuat pembaca kehilangan gagasan pokok atau kelelahan. Jadi harus ada variasi.

Unsur kevariasian dapat dilihat dari penempatan bagian-bagian kalimat atau perubahan bentuk kalimat. Kalimat yang efektif juga mengutamakan variasi bentuk pengungkapan atau gaya pengungkapan kalimatnya. Variasi semacam itu dapat dicapai dengan menggunakan:

1. Bentuk inversi

2. Bentuk pasif persona

3. Bentuk variasi aktif-pasif

4. Bentuk variasi panjang pendek

Contoh:

1) Biaya dua miliar rupiah diperlukan untuk melunasi utang perusahaan.

variasinya yaitu:

Diperlukan biaya dua miliar rupiah untuk melunasi utang perusahaan.

2) Saya akan melaporkan temuan itu kepada ketua tim.

variasinya yaitu:

Temuan ini akan saya laporkan kepada ketua tim.

3) Minggu depan kami akan mengadakan rapat pimpinan tim. Dalam rapat ini akan kami bahas berbagai kendala yang dihadapi di lapangan.

variasinya yaitu:

Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan tim. Dalam rapat itu kami akan membahas berbagai kendala yang dihadapi di lapangan.

TUGAS KELOMPOK

BAHASA INDONESIA

KALIMAT EFEKTIF

NURUL KAMISARI

SARINAH

LUQMAN

WARISKA

IRMAYANTI

MUH. IQBAL

FAUZIAH

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2009/2010

You Might Also Like

0 comments